Tinggal 2 hari lagi kita akan menyaksikan Gerhana Matahari Total yang akan melintasi sebagian wilayah Indonesia, antara lain Bangka, Sumatra Selatan, Kalimatan (kec. Kal Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah serta Maluku Utara. Bagi sebagian wilayah di pulau jawa hanya akan dilewati gerhana matahari sebagian saja.
Banyak masyarkat umum yang tertarik untuk ikut menyaksikan gerhana matahari total ini. Namun untuk melihat fenomena gerhana matahari
total, mata kita tidaklah boleh menatap langsung ke arah matahari yang
tertutup bulan. Itulah yang disampaikan dalam buku-buku pengetahuan alam
dari SD hingga SMA. Meskipun, pada siang hari bolong terjadi suasana
“malam” hari karena cahaya matahari tertutup oleh bulan, namun justru
“kegelapan dalam siang hari” yang dapat membuat mata kita celaka.
Mengapa?
Alasan Ilmiah Bahaya Menatap Gerhana Matahari Secara Langsung
Bagi astronom terutama pengamat bintang,
fenomena gerhana matahari menjadi fenomena astronomi yang spektakuler.
Namun ini bukan berarti masyarakat awam (amatiran) tidak memiliki hasrat
yang besar untuk menyaksikan fenomena alam ini, karena mereka ingin
mengalami secara langsung maupun untuk mendokumentasikan fenomena langka
ini.
Gambar di atas menunjukan seorang pria
China sedang menggunakan kacamata “gerhana matahari”. Kacamata “gerhana
matahari” ini didesain khusus untuk mengurangi penyerapan (absorspi)
energi cahaya matahari masuk ke mata. Atau dengan bahasa sederhana,
kacamata “gerhana matahari” merupakan pelindung mata. Tentunya, kita tidak perlu menggunakan kacamata “gerhana matahari” untuk melihat gerhana bulan. Karena secara ilmiah, adalah aman untuk menatap langsung gerhana bulan pada malam hari.
Berdasarkan penjelasan Prof B. Ralph Chou, bahwa
________________________________________________________________________
meskipun
99% cahaya matahari terlindung oleh bulan pada peristiwa gerhana
matarahari sehingga wilayah umbra bumi menjadi gelap (seperti malam),
namun tetap ada cahaya radiasi dari matahari yang sampai ke bumi, dan
sampai ke mata (jika kita langsung menatap dengan mata telanjang).
_________________________________________________________________
Dan perlu diingat, cahaya matahari terdiri dari berbagai gelombang
sinar baik dari sinar tampak (pelangi : me-ji-ku-hi-bi-ni-u) maupun
sinar tidak tampak seperti UV yang berenergi dan berfrekuensi tinggi (panjang gelombang 290 nm) hingga sinar cahaya dengan gelombang radio yang berenergi dan berfrekuensi rendah (panjang gelombang beberapa meter) .
A Total eclipse in the umbra.
B Annular eclipse in the antumbra.
C Partial eclipse in the penumbra
Pada organ mata,sinar cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 380 nm akan langsung ditransmisikan ke retina (bagian belakang organ mata yang sensitif). Dan berdasarkan fisiologi struktur mata, cahaya radiasi UV merupakan penyebab terjadinya reaksi kimia
yang mempercepat penuaan lapisan mata yang akan membuat katarak atau
dalam kondisi menatap langsung gerhana matahari dapat menyebabkan
“retina terpanggang”.
Besarnya intensitas sinar UV yang menempus ke retina menyebabkan kerusakan pada sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) pada mata. Cahaya matahari (khusus komponen UV)
menjadi pemicu serangkaian reaksi kimia pada sel-sel mata yang mana
akan merusak kemampuan sel tersebut merespons objek visual. Dan dalam
intensitas yang besar dan lama, akan menyebabkan kerusakan parah pada
sel mata. Yang pada akhirnya akan menyebabkan mata mengalami buta
sementara atau bahkan buta “abadi” (maksudnya tidak bisa disembuhkan).
Bagaimana Cahaya Sampai ke Retina?
Seperti yang kita pelajari di waktu bangku sekolah, pupil manusia memiliki fungsi yang serupa dengan diafragma pada kamera. Pupil
dapat melebar atau menyempit tergantung jumlah cahaya yang memasuki
mata. Pada suasana gelap, diameter pupil membesar sampai 8 mm untuk
mengumpulkan cahaya yang cukup. Di siang hari yang terik, diameternya
menyusut hingga 2 mm, bahkan mampu mengecil sampai sekitar 1,5 mm jika
berhadapan dengan cahaya yang menyilaukan. Membesar atau menyusutnya
ukuran pupil mata sangat tergantung resons saraf atas kondisi visual
yang terlihat (tidak termasuk sinar tidak tampak seperti Infrared, X, UV, TV, Radio atau gamma).
Sehingga dalam berbagai kasus, kita sering mendengar bahwa sinar
infrared atau gelombang sinar X tidak boleh langsung kena mata, karena
dapat menyebabkan katarak dan kebutaan.
Begitu juga dalam kasus Gerhana Matahari.
Syaraf kita penglihatan melihat seolah-olah gelapnya dunia karena
gerhana matahari berarti tidak ada sinar matahari yang mencapai kebumi.
Padahal dengan ukuran yang sangat besar dari matahari pada saat gerhana
matahari tidak total, maka ada sejumlah sinar yang sampai ke bumi yang
tidak bisa dideteksi oleh mata. Ini mirip kita mencoba melihat sinar
gelombang Infrared pada HP ketika transmisi data antar dua HP. Dalam hal
ini, ada keterbatasan secara fisik pupil mata kita dalam pengaturan
cahaya. Secara hitungan kasar, cahaya langsung dari matahari harus
dilemahkan antara 10.000 hingga 50.000 kali agar aman bagi mata.
Sehingga secara otomatis, pada siang hari bolong, kita akan cenderung
menghindari menatap matahari secara langsung dan sebaliknya pada kondisi
gelap (malam), pupil kita akan membuka selebar mungkin.
Perilaku pupil mata manusia pada malam
hari ternyata sama ketika terjadi gerhana matahari. Pada saat gerhana,
pancaran cahaya matahari terhalang sebagian oleh bulan sehingga bumi
menjadi gelap (masuk wilayah umbra-penumbra) , dan sehingga reaksi pupil
mata secara alami membesar. Dan di saat orang menatap langsung ke
matahari yang terlindung oleh bulan, pupil mata tidak bereaksi secara
signfikan, padahal radiasi sinar-sinar UV tetap menempus ke bumi,
menempus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan kerucut
mata.
Kefatalan akan terjadi bila kita sering
atau dengan durasi lama menatap secara langsung ke matahari, karena pada
saat itu bukan sinar tampak saja yang menembus mata, tetapi sinar-sinar
berbahaya seperti UV tetap menerobos masuk menghasilkan reaksi kimia
yang merusak sel mata. Belum lagi, gelombang sinar inframerah
(infrared) yang terkandung dalam sinar matahari turut “memanggang”
(fotokoagulasi) sel batang dan kerucut.
Pengecualian
Setiap terjadinya gerhana matahari total,
umumnya selalu ada fase gerhana matahari cincin, sabit, dan gerhana
matahari sebagian. Satu-satunya jenis gerhana pengecualian yang mana
mata boleh secara langsung menatap ke gerhana matahari adalah pada fase
gerhana matahari total yakni ketika sinar matahari benar-benar tertutup
oleh bulan (100%). Namun periode ini sangat singkat dan memang jarang
terjadi. Umumnya yang terjadi adalah gerhana matahari cincin, sabit atau
setengah. Dan yang paling berbahaya adalah menatap langsung gerhana
matahari yang setengah atau cincin. Bahkan seperti pada bagian
penjelasan sebelumnya, meskipun 99% permukaan matahari (fotosfer)
tertutup oleh Bulan, kondisi ini tetap sangat berbahaya bagi mata jika
kita menatap gerhana tanpa alat khusus.
Agar dapat melihat fenomena gerhana matahari, sudah banyak caranya.
Salah satunya dengan menggunakan kacamata khusus seperti gambar di atas.
Cara lain adalah melihat fenomena gerhana matahari tersebut diatas
bayangan air (baik di kolam maupun di wajan). Atau membuat layar gelap
di sebuah ruang (kotak) agar gerhana matahari tertangkap dilayar, dan
kita melihatnya secara tidak langsung.Sekian, itulah penjelasan ilmiahnya.
Nah setelah tau betapa bahayanya menatap langsung Gerhana Matahari tanpa alat bantu, sebaiknya kita segera mempersiapkan jika ingin menyaksikan dan melihat secara langsung.
Jangan lupa bagikan ya suapa bermanfaat :)
sumur : nusantaranews
0 komentar:
Post a Comment